FiFest Hari Kedua: Menggerakkan Filantropi Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan

Diskusi FIFEST 2025 kupas inovasi pendanaan: dari derma ke dampak berkelanjutan lewat kolaborasi lintas sektor.
Fania Nur Athiyah
August 8, 2025

Di hari kedua FIFEST 2025, sesi diskusi bertema Inovasi Pendanaan “Dari Derma Menjadi Daya” berlangsung di Ruang Flores, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Tepat pukul 15.30, suasana sore itu terasa hidup. Peserta dari berbagai industri dan lintas sektor memenuhi ruangan, siap menyimak ide-ide segar tentang bagaimana dunia filantropi dapat bertransformasi menjadi gerakan yang lebih berkelanjutan.

Sesi ini mengulik cara mengubah dukungan filantropi tradisional menjadi investasi berdampak yang terus mengalir manfaatnya. Para pembicara membawa perspektif unik dari pengalaman masing-masing—mulai dari konservasi alam, pengelolaan dana abadi, inovasi platform digital, hingga kolaborasi lintas sektor.

Andi Darusman, EVP Communications & Daya Head Bank SMBC, memberikan sambutan dengan refleksi tentang perubahan lanskap filantropi global dalam satu dekade terakhir. Dari model hibah tradisional, kini banyak negara mulai mengintegrasikan pembiayaan inovatif yang memungkinkan dampak lebih luas dan berkelanjutan. Indonesia pun mulai mengadopsi pendekatan serupa—mendorong lembaga filantropi untuk berpikir strategis agar pendanaan tak sekadar berhenti di angka penyaluran, tapi mengarah pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Dickson Lim, Head Temasek Trust Foundation Advisor

Dari Singapura, Dickson Lim, Head Temasek Trust Foundation Advisor, membagikan contoh konkret blended finance—menggabungkan modal publik dan filantropi untuk menciptakan dampak lebih besar. Ia mencontohkan skema outcomes-based financing dan pendanaan pendidikan yang berkelanjutan, seperti mengembangkan konsep beasiswa menjadi pinjaman tanpa bunga. Dengan begitu, dana awal bisa terus diputar untuk membantu lebih banyak mahasiswa setiap tahunnya.

Dari sudut pandang penggalangan dana digital, Vikra Ijas, CEO Kitabisa, bercerita bahwa Kitabisa lahir dari kesadaran sederhana: berbagi atau berdonasi sendirian itu terasa sulit.

“Kalau sendirian pasti kerasa susah, tapi kalau ramai-ramai pasti KITA BISA.”

Vikra Ijas, CEO Kitabisa

Seiring waktu, masalah yang ingin dibantu pun semakin besar dan kompleks. Yang tadinya sudah ramai-ramai berdonasi, ternyata masih terasa “kurang” untuk menjawab tantangan tersebut. Dari situlah lahir berbagai inovasi di Kitabisa, salah satunya dana abadi dengan skema wakaf—yang memungkinkan donasi digunakan secara berkelanjutan untuk berbagai program. Inisiatif ini juga menjawab perilaku sebagian donor yang rutin memberi untuk berbagai isu sekaligus, agar kontribusinya berdampak jangka panjang.

Dari kiri ke kanan; Vikra Ijas, Atika Benedikta, Nancy Surachman, Veronica Colondam.

Veronica Colondam, CEO YCAB Foundation, menyoroti pentingnya inovasi model bisnis sosial di Indonesia. Dari pengalaman mengelola dana bergulir hingga mengalokasikan keuntungan menjadi bantuan beasiswa, ia menekankan prinsip “money makes money, program makes program”. Tantangannya adalah membuat investor tertarik tanpa merasa sekadar “memberi”, melainkan melihat potensi dampak yang nyata.

Nancy Surachman, Country Lead of Sail Investments for Indonesia, mengangkat isu pembiayaan hijau melalui kredit karbon dan pinjaman berbunga rendah untuk mendorong perusahaan mengurangi emisi sekaligus mencapai target SDGs.

Terakhir, Atika Benedikta, Executive Director of Indonesia Impact Alliance, menyoroti pentingnya dukungan bagi perusahaan di posisi “missing middle”—terlalu besar untuk bantuan mikro, namun belum siap menerima investasi besar. Melalui kolaborasi lintas sektor, mereka membuka akses pendanaan dan pendampingan agar perusahaan dapat berkembang sekaligus memberi dampak sosial yang lebih luas.

Foto kiri: Vikra Ijas. Foto kanan: Alfatih Timur

Menutup diskusi, Vikra kembali mengajak semua pihak untuk berkolaborasi bersama Kitabisa menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Kolaborasi memungkinkan langkah-langkah kecil dari banyak pihak bersatu menjadi gelombang kebaikan yang terus tumbuh dan mengakar untuk generasi mendatang.

Follow us